Cerita Cinta Luka dan Penyesalan

“Putri, kak Rehan mau ngomong sesuatu sama kamu” kak Rehan mengawali pembicaraannya malam itu “Iya kak, ngomong aja” jawabku singkat “Kakak pengen jujur sama Putri” diam sejenak kemudian kak Rehan melanjutkan kata-katanya “Setelah sekian hari dan berbagai cara, ternyata kakak lebih cocok memposisikan kamu sebagai adek, kakak coba untuk lebih, tapi nggak bisa, kakak sulit untuk menerima orang lain selagi orang yang pernah singgah di hati kakak masih ada. Kakak minta maaf kalau ada yang salah dengan kata-kata itu, kakak cuma pengen jujur aja. Hari-hari kemarin bukan berarti kakak mempermainkan Putri, tapi kakak memang pengen dekat sama Putri. Namun itu hanya bertahan sesaat” Ku cerna kata demi kata dengan seksama dan aku mulai mengerti “Kak Ita?” hanya nama itu yang ku ingat, seorang mantan yang selalu kak Rehan ceritakan padaku “Iya, kakak jujur dari apa yang kakak rasakan, tapi jujur, kakak juga nggak ingin kehilangan Putri, Putri udah ngajarin kakak banyak hal, membalasnya pun rasanya tak sanggup, jangan merasa jauh dari kakak” Sepertinya dia hanya berusaha menenangkan hatiku. Namun hati ini sudah mulai berkecamuk, antara sedih, marah dan kecewa, mataku mulai berkaca-kaca, dan aku memilih pergi meninggalkannya. Dia memutuskan untuk tak menahan kepergianku. 

Luka dan Penyesalan

Kejujuran yang begitu menyakitkan, hati ini terluka, aku sakit karena kak Rehan, aku benci dia, aku benci kak Rehan, meski dia mengaku salah karena terlalu jujur padaku, aku sakit karena aku sudah terlanjur berharap, aku sakit karena kakak pernah membawaku terbang ke awan, lalu hari ini ia menjatuhkanku ke jurang yang terdalam, hati ini benar-benar sakit “Terbang tinggi resiko jatuh lebih sakit, jadi segala kemungkinan harus disiapkan” terngiang aku dengan kata-kata itu dan hari ini itulah yang terjadi.

Aku hanya bertahan beberapa hari dengan kemarahanku, tekad bulatku untuk melupakannya, tak pernah bisa ku realisasikan, hubungan kita kembali membaik, meski dia hanya menganggapku sebatas ‘Adek’. Kak Rehan benar, aku takkan pernah bisa jauh darinya.

Januari 2012
Hari ini kak Rehan menemaniku membeli printer yang telah lama aku impikan. Hujan lebat sore ini memberiku kesempatan untuk bisa lebih lama bercengkrama dengannya.
Selain menyuruhku untuk menetralisir perasaan-perasaan aneh ini, lagi-lagi ia bercerita tentang sang mantan dan aku harus menjadi pendengar setianya “Meski kita berdua masih sama-sama saling mencintai, tapi tak mungkin kita bersama lagi, karena dia sudah jadi milik orang lain, lagi pula dari segi umur dia terpaut beberapa bulan lebih tua dariku, karena itu kakak selalu berusaha berfikir lebih dewasa, orientasi kakak saat ini adalah mengejar impian kakak untuk jadi pengusaha sukses”. Cita-cita yang brilliant, inilah kata-kata yang sudah lama tak ku dengar ‘jadi pengusaha sukses’. “Amin, do’aku menyertaimu” cletukku, dia pun tersenyum simpul.
Hari sudah semakin senja, hujan tak kunjung reda, ritual sholat Ashar belum terlaksana, akhirnya kita memutuskan untuk menyatu dengan air hujan.

Februari 2012
Malam ini sakit gigi menyerangku, sakit yang belum pernah ku rasakan seumur hidupku. Ku tak tahu siapa yang bisa mendengarkan jeritanku malam ini, di malam yang sunyi ini, aku sendiri, mengerang kesakitan, mereka sudah terlelap dalam mimpi-mimpinya, kak Rehan, ya.. hanya nama itu yang ku ingat, semoga kak Rehan bisa membantuku, ku sadar dia takkan bisa melakukan apa-apa untuk menyembuhkan sakit gigi ini, tapi paling tidak, ia bisa membantu menenangkanku. Ku mulai mengumpulkan kekuatan untuk menekan tuts-tuts di ponsel bututku ini, mulai merengek manja, mengeluhkan sakit yang sedari tadi menyiksaku, tapi balasannya “Adek, boleh kakak bertanya dulu?” “He’em” jawabku singkat “Adek udah tahu hubungan kak Rehan sama mantan?” “Tahu, kak Rehan udah balikan kan sama kak Ita” jawabku asal “Ya benar kita berdua udah balikan” Bak petir menyambar di tengah awan yang cerah, rasanya malam ini aku tak bisa lagi membedakan derasnya air mata ini karena aku yang sedang sakit gigi ataukah karena remuknya hati ini.
“Emm, emang kalau kalian udah balikan, adek nggak bisa minta perhatian kakak lagi donk?” dengan innocentnya ku bertanya seperti itu “Ya, nggak papa sih, cuma semua ada batasnya” jawabnya “Kalau pacar ada mantan, kalau saudara untuk selamanya” lanjutnya. Ingin rasanya ku bertanya sejak kapan balikan? Gimana ceritanya? Tumben kakak nggak cerita? tapi aku sudah tak sanggup menahan semua ini, untung saja hanya lewat pesan singkat, jadi kak Rehan tak perlu tahu bagaimana ekspresi kekecewaanku padanya “Selamat ya kak, moga kakak bahagia” dengan nada sok rela ku memberi selamat atas kebahagiaan mereka, dan ia hanya membalas kepura-puraanku itu dengan “Makasih atas pengertian Adek”, ku memilih untuk mengakhiri acara Es-Em-Es-anku malam ini. Andai kak Rehan tahu aku pengertian semata-mata karena aku sayang sama kakak.

Semalaman mata ini tak bisa terpejam, sakit gigi ini sudah tak lagi terasa, karena sakit ini sudah pindah ke dasar hatiku yang terdalam.
Hati ini mulai memberontak. “Mereka Balikan” lalu apa arti beberapa bulan kemarin, ia memberiku sejuta harapan seolah-olah rasa sayang itu mulai ada untukku? Apa arti semua perhatian kak Rehan padaku selama ini? “Jangan pernah merasa bahwa kak Rehan nggak sayang sama Putri, kak Rehan sayang sama Putri” apa arti dari kata-kata itu? apa maksud dari panggilan ‘sayang’ itu, kalau pada kenyataannya ia tak pernah bisa menyayangiku? Sejuta pertanyaan berlarian di benakku. “Pelarian, Pelampiasan” mungkin hanya itu jawaban yang paling tepat bagiku saat ini, selama ini ia hanya mempermainkanku, aku hanyalah pelarian sesaatnya, saat ia sudah berada di puncak patah hatinya, mendengar sang mantan sudah menjadi milik orang lain, dia melampiaskan semuanya padaku, namun saat semua rencana itu tiba-tiba dibatalkan, mereka langsung balikan begitu saja tanpa peduli sedikitpun perasaanku, tanpa peduli sakit hatiku. Dan masih sempat ia berdalih “Putri, Kak Rehan nggak bermaksud mempermainkan perasaan kamu, kak Rehan hanya berusaha jujur sama perasaan kakak”, ia bahkan tak pernah sadar bahwa ia telah menyakiti perasaanku, menghancurkan hidupku.

Aku takkan seperih ini jika pelukan itu tak pernah menghangatkanku, aku takkkan sekecewa ini jika ia tak pernah membawaku terbang ke atas awan. Kenapa kak Rehan harus memberiku harapan dulu, baru kemudian meninggalkanku begitu saja? Penyesalan, ya… penyesalan yang hanya bisa ku ungkap lewat air mata. Luka ini tertoleh terlalu dalam dan tak mudah menyembuhkannya.

Kak Rehan, sosok yang dulu membuatku hidup dengan penuh motivasi, kini tak ada lagi, aku rindu kak Rehan yang dulu. Aku benci kak Rehan yang sekarang, seorang yang telah menorehkan luka terdalam di hatiku, bahkan kini ia telah membuatku membenci sosok orang yang sama sekali belum aku kenal. Aku benci kak Rehan. Bahkan hingga detik ini aku masih belum bisa memaafkannya. Hati ini terlalu sakit. I hate You, Rehan.
“Berdo’a aja, kakak akan selalu meng-AMIN-i do’a adek”, itu kata-kata yang pernah kak Rehan ucapkan dulu. “Semoga aku bisa melupakan kak Rehan” hanya itu do’aku saat ini.

Maret 2012
Untuk pertama kalinya aku merasakan getaran di hati ini saat bertemu dengannya, getaran yang selama ini ku percaya bahwa itu adalah tanda rasa sayang itu ada. “Getaran cinta di hatiku”, kenapa ia baru muncul saat kak Rehan sudah pergi meninggalkanku dan tak mungkin kembali? Saat kak Rehan sudah bahagia dengan orang yang ia sayangi?
Betapa bodohnya aku ini, kenapa rasa sayang ini masih bersarang di hatiku, padahal rasanya sakit ini sudah mendarah daging, dimana harga diriku sebagai perempuan? Kenapa aku serasa tak mengenali diriku sendiri saat ini?

Malam ini sungguh tragis, kenapa aku harus melihat mereka berdua? Kenapa ia harus tersenyum innocent padaku saat kita bertemu? air mata ini seakan tak peduli dimana aku berada, sepanjang jalan, air bening ini tak henti membanjiri pipiku. Air mata ini bukan karena senyuman tanpa dosa itu, bukan karena cemburu atas kebersamaan mereka, tapi air mata ini karena rasa kecewaku pada kak Rehan, dulu ia tak pernah punya waktu untukku, bahkan untuk sekedar 5 menit bertemu, dulu hanya satu kata “SIBUK” yang selalu ia persembahkan untukku, sibuk dikejar deadline tugas kantor yang selalu menumpuk, namun saat ini semua seakan sudah tak berlaku, waktunya selalu ada buat orang yang ia sayangi.
Dan saat ini aku tersadar, baik dulu, saat ini, maupun hari-hari berikutnya aku bukanlah siapa-siapa baginya, aku tak pernah berarti baginya, bahkan status ‘Adek’ pun, rasanya sudah tak ada gunanya lagi.

Hingga detik ini, aku tak mampu bangkit dari keterpurukanku, hidupku hampa. Cinta, Luka, Penyesalan, semua itu selalu menghantuiku. Tugas kuliahku terbengkalai, aku sama sekali tak punya semangat untuk mengerjakan tugas akhir yang sebenarnya menjadi impian terbesarku, yang menjadi harapan kedua orangtuaku dan orang-orang yang mengharapkan kesuksesanku disana. Teman-temanku pun sudah berulang kali menegurku, tak henti-hentinya mereka memotivasiku untuk bangkit, bahkan kak Rehan sendiri sangat menyayangkan sikapku ini. Beberapa buku motivasi sudah ku baca, aku sudah berusaha untuk bangkit, tapi semuanya tetap terasa berat. Aku belum mampu untuk bangkit. Aku telah hancur. Benar-benar hancur.

April 2012
Entah angin apa yang menggerakkan kakiku ke tempat ini, tempat yang bagiku penuh kenangan, tempat dimana kak Rehan pertama kalinya melantunkan ayat-ayat suci itu di sampingku, tempat aku merayakan Ultah kak Rehan beberapa bulan lalu. Entahlah aku hanya ingin mengenang masa-masa indah itu. “Kak kalau ada waktu nyusul ya” iseng aja ku layangkan pesan singkat itu “Hari ini kakak sibuk dek, maaf ya…” huft… Seharian ku habiskan waktuku di tempat ini, di tempat duduk yang sama beberapa bulan lalu, kini kenangan manis itu tergambar jelas di benakku, masih sempat-sempatnya aku berharap ia akan datang menyusulku kesini, padahal ku tahu hal itu takkan pernah terjadi. Tak terasa air mata ini mulai membasahi pipiku.

Matahari mulai enggan menampakkan dirinya, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap, awan hitam pun bermunculan seakan sudah siap mengguyur bumi, suara petir mulai menderu dari segala penjuru. Aku lelah, aku menyerah, kak Rehan takkan pernah datang menemuiku, semua itu hanya akan menjadi mimpi, aku meninggalkan tempat ini dengan membawa sejuta kenangan indah, juga sejuta kekecewaan, aku berjalan tanpa arah, tubuhku lunglai, pandanganku mulai kabur dan “Bruak…” semuanya gelap.



“Aku dimana?” mataku terbuka, ruangan serba putih, ku dengar semua orang mengucap syukur saat ku buka mata ini. “Kamu sudah bangun sayang” Suara lembut Bunda menyapa, matanya tampak sembab, “Aku dimana? Kenapa kalian semua ada disini” tanyaku “Kamu di rumah sakit sayang, tiga hari yang lalu kamu kecelakaan, dan mengalami koma” jawab Bunda sesenggukan.

48 jam lebih aku koma, dan ini pertama kalinya aku membuka mata, keluarga, sahabat, mereka semua ada disini untuk menungguku terbangun. Sungguh terharu, tapi aku tak melihatnya, kak Rehan, ia dimana? kenapa ia tak ada disini? Hati ini terus memanggilnya, walau mulut ini sudah tak sanggup untuk menyuarakan namanya.
“Ayah, Bunda, maafin Putri, selama ini Putri nggak bisa membuat kalian bangga” Ku genggam erat tangan mereka. “Sayang, kamu nggak usah mikir macam-macam dulu, yang terpenting sekarang adalah Putri harus sembuh” tangis Bundaku semakin menjadi. “Putri pengen tidur panjang Bunda”, itulah kata-kata terakhir yang sempat ku ucapkan, sebelum ayah menuntunku untuk melantunkan dua kalimat syahadat. Bahkan di detik-detik terakhir hidupku, kak Rehan tak pernah datang menemuiku.
“Putri, bangun sayang” teriak Bundaku, “Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Roji’un” Banjir air matapun seketika menggenangi ruangan putih itu.

Tak ada do’a yang terindah yang ku lantunkan kecuali kebahagiaan mereka, orang-orang yang ku sayangi. Ku harap tak akan ada lagi perempuan bodoh seperti aku di dunia ini.
The End

Cerpen Karangan: Khoiriyatul Mukarromah
Facebook: Putri Huanzhu
Alumni IAIN SUNAN AMPEL tahun 2012

Cerita Cinta Tembok Cinta Nan Megah

Telingaku menangkap hiruk-pikuk yang kemudian memaksa ku untuk membuka mataku lebih lebar lagi. Jiwaku belum terkumpul sepenuhnya. Ragaku belum juga bertenaga. Namun ku paksakan untuk berdiri. Aku berada di sebuah tempat yang cukup luas. Entah di mana. Aku tak tahu, aku tak ingat. 

Beberapa langkah di depanku, ada sebuah tembok nan megah berdiri dengan gagahnya. Tembok itu begitu besar, tinggi dan panjang. Mungkin lebih besar dari tembok Berlin di Jerman. Mungkin juga lebih tinggi dari tembok Ratapan di Israel. Mungkin juga lebih panjang dari tembok Cina. Uniknya tembok itu hanya dihiasi oleh dua warna saja, biru dan putih. Warna yang begitu ku sukai. Warna yang begitu melambangkan diriku. 

Tembok Cinta Nan Megah

Banyak sekali orang yang berdiri di depan tembok itu. Ada laki-laki, ada perempuan. Ada tua, ada muda. Wajah orang-orang itu belum pernah ku lihat sebelumnya. Sebagian dari mereka tengah asyik menulis sesuatu di tembok itu. Ada pula yang tengah menempel foto-foto mereka di tembok itu. Ada juga yang hanya bersandar di sana. Ada yang tengah menangis, tertawa, murka dan ada pula yang terlihat linglung. 

Di tembok itu orang-orang bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Ada yang mengotorinya dengan tulisan yang tak jelas. Ada yang menuliskan cerita, ada pula yang berdoa di sana. Seolah-olah ia tengah menyembah tembok megah itu. Jika diperhatikan, tembok itu kini tak hanya berwarna biru dan putih. Tapi lebih berwarna akibat bekas yang ditinggalkan orang-orang di tembok itu.

Kelihatannya menyenangkan, pikirku.

Ku langkahkan kakiku mendekat ke tembok nan megah itu. Semoga saja masih ada sisi tembok yang kosong. Aku ingin menuliskan sesuatu di sana. Meskipun belum terpikir dalam benakku aku ingin menulis apa. Sesampainya di depan tembok itu, aku urungkan niatku untuk menulis. Aku masih bingung mau menulis apa. Rasanya begitu takut untuk menulis sesuatu di tembok itu. Namun hati kecilku terus merengek. Akhirnya aku hanya bersandar saja dan mengamati sekeliling.

Cukup lama aku bersandar hingga seseorang menyolek bahuku. Spontan mataku ingin tahu siapakah itu. Ia seorang pria. Rambutnya hitam dengan gaya spike ala anak muda masa kini. Matanya kecil diperindah dengan bulu matanya yang lentik, hidungnya pun sama. Kumis tipisnya menghiasi bibirnya yang kecil. Kulitnya putih bersih, wajahnya manis tanpa jerawat maupun komedo. Ia sedikit lebih tinggi dari ku. Sepertinya ia pun lebih tua dari ku.

Aku tak berkomentar apa-apa. Hanya menatapnya penuh tanya. Lalu ia tersenyum. Senyumnya sungguh manis. Matanya makin mengecil saat ia melebarkan bibirnya. Sepertinya ia berasal dari etnis Tionghoa. Oh Tuhan, aku bisa terserang diabetes karenanya. Sayang sekali jika senyuman semanis itu tak ku balas.

Setelah puas saling membalas senyuman, ia mulai berucap.

“Boleh aku mengenal mu?” tanyanya. Suaranya berat, namun terkesan indah.
“Kenapa tidak? Namaku Langit” sahutku.
“Nama yang bagus.. Aku Bumi.” balasnya. Lagi-lagi ia tersenyum. Bagus! Selepas ini aku harus pergi ke dokter untuk memeriksa gula darahku.

Dimulai dari perkenalan sederhana, percakapan kami terus berlanjut makin jauh. Tak terasa sudah begitu lama aku di sini. Tempat ini begitu menyenangkan. Waktuku terbuang tanpa terasa. Bukan hanya hari itu, tapi esok dan seterusnya pun aku mengunjungi tembok nan megah itu.

Hari-hari semakin banyak pengunjung tembok itu. Dan hubunganku dengan Bumi pun semakin akrab. Hingga akhirnya pertemanan kami berakhir. Bukan berakhir sebenarnya, namun lebih tepat merangkak ke anak tangga yang lebih tinggi. Akan ku kenang terus saat manis bersamanya itu. Saat di mana ia mengucap kata-kata indah itu. Kata-kata yang sungguh jarang aku mendengarnya.

Saat itu, seperti biasa, aku hanya duduk bersandar pada tembok itu. Sementara Bumi di sisiku. Ku sandarkan kepalaku di bahunya yang datar sambil ku genggam tangannya. Tak ku pedulikan hiruk-pikuk orang yang lalu lalang. Di antara mereka, ada mata yang memandang kami dengan tajam. Ada pula gadis-gadis cantik yang menutup kepalanya dengan kain-kain yang anggun. Mereka menatap kami dengan pandangan tak mengenakan sambil sesekali tertawa kecil. Jelas mereka bukan tertawa bersama kami, tapi mereka menertawakan kami. Mungkin terlintas dalam benak mereka, apa yang dilakukan dua orang aneh di sini?

Serupa pula dengan apa yang ada dalam benakku. Apa yang ku lakukan di sini? Mengapa aku merasa begitu nyaman berada di sini? Mengapa aku merasa begitu bahagia duduk bersandar bersama Bumi? Lamunan ku terpecahkan oleh desah suara Bumi.

“Langit… Aku sadari ini salah. Namun, jika mencintai mu adalah hal yang salah, aku enggan menjadi benar” desahnya dengan sangat lembut.
“Begitu juga dengan diriku. Takkan ku pedulikan mana yang salah mana yang benar. Jika bersamamu sudah cukup. Aku tak inginkan apapun lagi.” jawabku.
Ku beranikan menatap matanya dalam-dalam meski sejujurnya aku tak sanggup. Dia pun melakukan hal yang serupa. Mata kami saling memandang. Wajah kami sama-sama memerah. Menahan malu serta bahagia.

Dan…

“Aku mencintai mu, Langit”

Terucap!

Kalimat sederhana bak mutiara itu akhirnya terucap. Setelah cukup lama aku menunggu. Akhirnya terucap jua. Mulai hari itu semuanya terasa berbeda. Tembok itu terlihat lebih indah, lebih megah dari biasanya. Hidupku terasa lebih berwarna. Kegundahan hilang lenyap. Kesedihan pergi menjauh.

Belum terpikirkan olehku kapan ini akan berakhir, kapan tembok nan megah ini akan runtuh, kapan pula aku harus berpisah dengannya. Aku hanya ingin bahagia meski hanya sebentar saja. Jika hanya dengan tembok ini aku mendapat kebahagiaan, maka akan ku kunjungi terus-menerus tembok ini. Bahkan hingga saat ini, hingga detik ini pun aku masih mengunjungi tembok itu. Tembok indah dengan berbagai keajaibannya. Tembok indah dengan miliaran pengunjung setiap harinya. Tembok indah yang mampu membenarkan yang salah. Tembok indah yang mampu mendatangkan cinta.

Tembok indah yang mampu menyatukan Langit dan Bumi.
Tembok indah yang hingga saat ini masih berwarna putih dan biru…
Tembok indah yang bernama…
.
.
.
.
Facebook

Cerpen Karangan: Fajar Rahmad Hidayat
Blog: jarvajar.blogspot.com
Facebook: Fajar Apa Lo

Puisi Cinta Romantis Untuk Pacar Tersayang

Puisi Cinta Romantis Untuk Kekasih - Puisi merupakan seni tertulis dimana bahasa dipakai untuk kualitas estetiknya sebagai tambahan, atau selain arti semantiknya. Penekanan di segi estetik sebuah bahasa serta pemakaian sengaja pengulangan, meter serta rima merupakan pembeda puisi dengan prosa. Tapi perbedaan tersebut masih jadi perdebatan. Sejumlah ahli modern mempunyai pendekatan dengan mendefinisi puisi tak sebagai jenis literatur namun sebagai wujud imajinasi manusia, yang jadi sumber segala kreativitas.
Puisi juga merupakan sebuah curahan isi hati dari seseorang yang membawa orang lain untuk ke dalam kondisi hatinya. Baris pada puisi bisa berbentuk apa saja (zigzag, melingkar dan lain-lain). Hal itu adalah salah satu cara penulis puisi untuk menunjukkan pemikirannnya. Salah satu puisi yang cukup populer adalah puisi cinta, contohnya seperti puisi cinta romantis untuk kekasih berikut ini. 
Puisi Cinta Romantis 
Melukis Cinta
Dapatkah aku melukiskan cinta untukmu?
Mengguratkan sejuta warna
yang dapat membuatmu indah...
Dapatkah aku melukikans cinta untukmu?
Seperti notasi mimpi kupu-kupu
bersayap biru,
Terbang bersama menuju negeri pelangi...
Dapatkah aku melukiskan cinta untukmu?
Mengisyaratkan lelahku di jalan resah!
Tenggelam di lautan cintamu
Aku terbawa oleh arus
Kian menjauh ke tengah lautan
Ku tenggelam di dalamnya lautan
Lautan Cinta serta kasih sayangmu
Biarkan aku makin tenggelam
Biarkan aku tetap di sana
Walaupun hawa dingin aku dapati
Aku ingin slalu bersamamu
Aku sdah terlanjur menuju hatimu
Hingga suatu saat nanti aku menepi
Kau akan dapati aku akan terdampar
Dalam pelukanmu, selalu dalam pelukanmu
Aku cinta kamu sayangg....
Kepergianmu
Sunyi sepi hidupku
Hening di dalam hati yang hampa
Ditinggal dirimu
Kau pergi menjauh
Menyisakan rindu tidak tertahankan
Ku tidak bisa memelukmu lagi
Ku tidak bisa membelai indah wajahmu
Kepergianmu telah menyisakan luka di hatiku
Dekapan mesra tubuhmu
Ketika rembulan pancarkan sinar terang
Saat itu aku tengah mengenang momen itu
Kala kita berdua, duduk bersama
Kau peluk erat tubuhku,
Dan aku mendekap tubuhmu
Bersama iringan dinginnya angin malam
Berhembus menusuk dinginnya tubuh
Kau cium dengan mesra bibirku
Aku semakin tidak mau melepaskan peganganmu
Ku pegang erat dan tidak mau aku lepas tubuhmu
Tetap peluk aku hingga aku tertidur di pangkuanmu
Sedihku
Air mata yang slalu mengalir
Senyumku se akan tersingkir
Canda tawa tidak lagi terdengar
Hanya Kepiluan hati yang terasa
Di mana pelangi senjaku
Yang slalu memberi inspirasi dalam hidupku
Memberi semangat dlm tiap coretan penaku
Dengan kisah-kisah cinta yg selalu menghiburku
Demikianlah sobat, beberapa puisi cinta romantis untuk pacar tersayang.Sobat bisa gunakan puisi cinta di atas sebagai inspirasi atau contoh untuk membuat kata puisi cinta romantis sendiri, sehingga bisa benar-benar dari sobat sendiri, jadi akan lebih terasa kekuatan cinta dan kasih sayangkalian kepada sang pacar tersayang.
Baca juga artikel tentang kata kata cinta
Sumber : http://terbarux.blogspot.com 

Iklan Poster Caleg Lucu Paling Unik

Iklan Poster Caleg Lucu Paling Unik - Menjelang digelarnya Pemilu bulan April mendatang, tentu para caleg dari berbagai partai telah gencar berkampanye. Mereka berusaha mencitrakan diri kepada masyarakat sebagai sosok pilihan yang paling cocok untuk menduduki kursi legislatif di masa bakti mendatang. Uniknya, mereka rela melakukan berbagai cara, termasuk membuat Iklan Poster Caleg Yang Unik untuk dipajang di sepanjang jalan. Bahkan tak jarang hal ini mengundang gelak tawa. Tidak percaya..?? Buktikan saja lewat Iklan Poster Caleg Paling Unik berikut ini

Iklan Poster Caleg Lucu Paling Unik








 


itulah Iklan Poster Caleg Paling Unik dan Kami tak ingin berkomentar terlalu banyak, toh semua orang berhak mencalonkan diri selagi ia merasa mampu dan layak untuk dipilih. Benar begitu..??

Cerita Lucu - Memindahkan Istana ke Atas Gunung

Memindahkan Istana ke Atas Gunung - Baginda Raja baru saja membaca kitab tentang kehebatan Raja Sulaiman yang mampu memerintahkan, para jin memindahkan singgasana Ratu Bilqis di dekat istananya. Baginda tiba-tiba merasa tertarik. Hatinya mulai tergelitik untuk melakukan hal yang sama. Mendadak beliau ingin istananya dipindahkan ke atas gunung agar bisa lebih leluasa menikmati pemandangan di sekitar. Dan bukankah hal itu tidak mustahil bisa dilakukan karena ada Abu Nawas yang amat cerdik di negerinya.

Memindahkan Istana ke Atas Gunung


Tanpa membuang waktu Abu Nawas segera dipanggil untuk menghadap Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah Abu Nawas dihadapkan, Baginda bersabda, "Abu Nawas engkau harus memindahkan istanaku ke atas gunung agar aku lebih leluasa melihat negeriku?" tanya Baginda sambil melirik reaksi Abu Nawas.
 
Abu Nawas tidak langsung menjawab. Ia berpikir sejenak hingga keningnya berkerut. Tidak mungkin menolak perintah Baginda kecuali kalau memang ingin dihukum. Akhirnya Abu Nawas terpaksa menyanggupi proyek raksasa itu. Ada satu lagi, permintaan dari Baginda, pekerjaan itu harus selesai hanya dalam waktu sebulan. Abu Nawas pulang dengan hati masgul.

Setiap malam ia hanya berteman dengan rembulan dan bintang-bintang. Hari-hari dilewati dengan kegundahan. Tak ada hari yang lebih berat dalam hidup Abu Nawas kecuali hari-hari ini. Tetapi pada hari kesembilan ia tidak lagi merasa gundah gulana. Keesokan harinya Abu Nawas menuju istana. Ia menghadap Baginda untuk membahas pemindahan istana. Dengan senang hati Baginda akan mendengarkan, apa yang diinginkan Abu Nawas.
 
"Ampun Tuanku, hamba datang ke sini hanya untuk mengajukan usul untuk memperlancar pekerjaan hamba nanti." kata Abu Nawas.
"Apa usul itu?"
"Hamba akan memindahkan istana Paduka yang mulia tepat pada Hari Raya Idul Qurban yang kebetulan hanya kurang dua puluh hari lagi."
"Kalau hanya usulmu, baiklah." kata Baginda.
"Satu lagi Baginda..." Abu Nawas menambahkan.
"Apa lagi?" tanya Baginda.
"Hamba mohon Baginda menyembelih sepuluh ekor sapi yang gemuk untuk dibagikan langsung kepada para fakir miskin." kata Abu Nawas. "Usulmu kuterima." kata Baginda menyetujui. Abu Nawas pulang dengan perasaan riang gembira. Kini tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan. Toh nanti bila waktunya sudah tiba, ia pasti akan dengan mudah memindahkan istana Baginda Raja. Jangankan hanya memindahkan ke puncak gunung, ke dasar samudera pun Abu Nawas sanggup. 

Desas-desus mulai tersebar ke seluruh pelosok negeri. Hampir semua orang harap-harap cemas. Tetapi sebagian besar rakyat merasa yakin atas kemampuan Abu Nawas. Karena selama ini Abu Nawas belum pemah gagal melaksanakan tugas-tugas aneh yang dibebankan di atas pundaknya. Namun ada beberapa orang yang meragukan keberhasilan Abu Nawas kali ini. Saat-saat yang dinanti-nantikan tiba. Rakyat berbondong-bondong menuju lapangan untuk melakukan sholat Hari Raya Idul Qurban.
 
Dan seusai sholat, sepuluh sapi sumbangan Baginda Raja disembelih lalu dimasak kemudian segera dibagikan kepada fakir miskin. Kini giliran Abu Nawas yang harus melaksanakan tugas berat itu. Abu Nawas berjalan menuju istana diikuti oleh rakyat. Sesampai di depan istana Abu Nawas bertanya kepada Baginda Raja, "Ampun Tuanku yang mulia, apakah istana sudah tidak ada orangnya lagi?"
 
"Tidak ada." jawab Baginda Raja singkat. Kemudian Abu Nawas berjalan beberapa langkah mendekati istana. Ia berdiri sambil memandangi istana. Abu Nawas berdiri mematung seolah-olah ada yang ditunggu. Benar. Baginda Raja akhirnya tidak sabar.
 
"Abu Nawas, mengapa engkau belum juga mengangkat istanaku?" tanya Baginda Raja.
 
"Hamba sudah siap sejak tadi Baginda." kata Abu Nawas. "Apa maksudmu engkau sudah siap sejak tadi? Kalau engkau sudah siap. Lalu apa yang engkau tunggu?" tanya Baginda masih diliputi perasaan heran.
 
"Hamba menunggu istana Paduka yang mulia diangkat oleh seluruh rakyat yang hadir untuk diletakkan di atas pundak hamba. Setelah itu hamba tentu akan memindahkan istana Paduka yang mulia ke atas gunung sesuai dengan titah Paduka." Baginda Raja Harun Al Rasyid terpana. Beliau tidak menyangka Abu Nawas masih bisa keluar dari lubang jarum. 

Cerita Lucu - Menipu Raja Harun Al Rasyid

Menipu Raja Harun Al Rasyid - Baginda Raja pulang ke istana dan langsung memerintahkan para prajuritnya menangkap Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas telah hilang entah kemana karena ia tahu sedang diburu para prajurit kerajaan. Dan setelah ia tahu para prajurit kerajaan sudah meninggalkan rumahnya, Abu Nawas baru berani pulang ke rumah.

Menipu Raja Harun Al Rasyid


“Suamiku, para prajurit kerajaan tadi pagi mencarimu.”
“Ya istriku, ini urusan gawat. Aku baru saja menjual Sultan Harun Al Rasyid menjadi budak.”
“Apa?”
“Raja kujadikan budak!”
“Kenapa kau lakukan itu suamiku.”
“Supaya dia tahu di negerinya ada praktek jual beli budak. Dan jadi budak itu sengsara.”
“Sebenarnya maksudmu baik, tapi Baginda pasti marah. Buktinya para prajurit diperintahkan untuk menangkapmu.”
“Menurutmu apa yang akan dilakukan Sultan Harun Al Rasyid kepadaku.”
“Pasti kau akan dihukum berat.”
“Gawat, aku akan mengerahkan ilmu yang kusimpan,”
Abu Nawas masuk ke dalam, ia mengambil air wudhu lalu mendirikan shalat dua rakaat. Lalu berpesan kepada istrinya apa yang harus dikatakan bila Baginda datang.
Tidak berapa lama kemudian tetangga Abu Nawas geger, karena istri Abu Nawas menjerit-jerit.
“Ada apa?” tanya tetangga Abu Nawas sambil tergopoh-gopoh.
“Huuuuuu …. suamiku mati….!”
“Hah! Abu Nawas mati?”
“lyaaaa….!”

Kini kabar kematian Abu Nawas tersebar ke seluruh pelosok negeri. Baginda terkejut. Kemarahan dan kegeraman beliau agak susut mengingat Abu Nawas adalah orang yang paling pintar menyenangkan dan menghibur Baginda Raja.

Baginda Raja beserta beberapa pengawai beserta seorang tabib (dokter) istana, segera menuju rumah Abu Nawas. Tabib segera memeriksa Abu Nawas. Sesaat kemudian ia memberi laporan kepada Baginda bahwa Abu Nawas memang telah mati beberapa jam yang lalu.

Setelah melihat sendiri tubuh Abu Nawas terbujur kaku tak berdaya, Baginda Raja merasa terharu dan meneteskan air mata. Beliau bertanya kepada istri Abu Nawas.

“Adakah pesan terakhir Abu Nawas untukku?”
“Ada Paduka yang mulia.” kata istri Abu Nawas sambil menangis.
“Katakanlah.” kata Baginda Raja.
“Suami hamba, Abu Nawas, memohon sudilah kiranya Baginda Raja mengampuni semua kesalahannya dunia akhirat di depan rakyat.” kata istri Abu Nawas terbata-bata.
“Baiklah kalau itu permintaan Abu Nawas.” kata Baginda Raja menyanggupi.

Jenazah Abu Nawas diusung di atas keranda. Kemudian Baginda Raja mengumpulkan rakyatnya di tanah lapang. Beliau berkata, “Wahai rakyatku, dengarkanlah bahwa hari ini aku, Sultan Harun Al Rasyid telah memaafkan segala kesalahan Abu Nawas yang telah diperbuat terhadap diriku dari dunia hingga akhirat. Dan kalianlah sebagai saksinya.”
Tiba-tiba dari dalam keranda yang terbungkus kain hijau terdengar suara keras, “Syukuuuuuuuur …… !”

Seketika pengusung jenazah ketakukan, apalagi melihat Abu Nawas bangkit berdiri seperti mayat hidup. Seketika rakyat yang berkumpul lari tunggang langgang, bertubrukan dan banyak yang jatuh terkilir. Abu Nawas sendiri segera berjalan ke hadapan Baginda. Pakaiannya yang putih-putih bikin Baginda keder juga.
“Kau… kau…. sebenarnya mayat hidup atau memang kau hidup lagi?” tanya Baginda dengan gemetar.

“Hamba masih hidup Tuanku. Hamba mengucapkan terima kasih yang tak terhingga atas pengampunan Tuanku.”
“Jadi kau masih hidup?”
“Ya, Baginda. Segar bugar, buktinya kini hamba merasa lapar dan ingin segera pulang.”
“Kurang ajar! Ilmu apa yang kau pakai Abu Nawas?
“Ilmu dari mahaguru sufi guru hamba yang sudah meninggal dunia…”
“Ajarkan ilmu itu kepadaku…”
“Tidak mungkin Baginda. Hanya guru hamba yang mampu melakukannya. Hamba tidak bisa mengajarkannya sendiri.”
“Dasar pelit !” Baginda menggerutu kecewa.

Cerita Lucu - Abu Nawas Diusir Dari Kota

Abu Nawas Diusir Dari Kota - Mimpi buruk yang dialami Baginda Raja Harun Al Rasyid tadi malam menyebabkan Abu Nawas diusir dari negeri kelahirannya sendiri. Abu Nawas tidak berdaya. Bagaimana pun ia harus segera menyingkir meninggalkan negerinya tercinta hanya karena mimpi. Masih jelas terngiang-ngiang kata-kata Baginda Raja di telinga Abu Nawas.

Abu Nawas Diusir Dari Kota


"Tadi malam aku bermimpi bertemu dengan seorang laki-laki tua. Ia mengenakan jubah putih. Ia berkata bahwa negerinya akan ditimpa bencana bila orang yang bemama Abu Nawas masih tetap tinggal di negeri ini. Ia harus diusir dari negeri ini sebab orang itu membawa kesialan. Ia boleh kembali ke negerinya dengan sarat tidak boleh dengan berjalan kaki, berlari, merangkak, melompat-lompat dan menunggang keledai atau binatang tunggangan yang lain."
 
Dengan bekal yang diperkirakan cukup Abu Nawas mulai meninggalkan rumah dan istrinya. Istri Abu Nawas hanya bisa mengiringi kepergian suaminya dengan deraian air mata. Sudah dua hari penuh Abu Nawas mengendarai keledainya. Bekal yang dibawanya mulai menipis. Abu Nawas tidak terlalu meresapi pengusiran dirinya dengan kesedihan yang tertalu mendalam. Sebaliknya Abu Nawas merasa bertambah yakin, bahwa Tuhan Yang Maha Perkasa akan segera menolong keluar dari kesulitan yang sedang melilit pikirannya. Bukankah tiada seorang teman pun yang lebih baik dari pada Allah SWT dalam saat-saat seperti itu?
 
Setelah beberapa hari Abu Nawas berada di negeri orang, ia mulai diserang rasa rindu yang menyayat-nyayat hatinya yang paling dalam. Rasa rindu itu makin lama makin menderu-deru seperti dinginnya jamharir. Sulit untuk dibendung. Memang, tak ada jalan keluar yang lebih baik daripada berpikir. Tetapi dengan akal apakah ia harus melepaskan diri? Begitu tanya Abu Nawas dalam hati. "Apakah aku akan meminta bantuan orang lain dengan cara menggendongku dari negeri ini sampai ke istana Baginda? Tidak akan ada seorang pun yang sanggup melakukannya. Aku harus bisa menolong diriku sendiri tanpa melibatkan orang lain."
 
Pada hari kesembilanbelas Abu Nawas menemukan cara lain yang tidak termasuk larangan Baginda Raja Harun Al Rasyid. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, Abu Nawas berangkat, menuju ke negerinya sendiri. Perasaan rindu dan senang menggumpal menjadi satu. Kerinduan yang selama ia melecut-lecut semakin menggila karena Abu Nawas tahu sudah semakin dekat dengan kampung halaman. Mengetahui Abu Nawas bisa pulang kembali, penduduk negeri gembira. 

Desas-desus tentang kembalinya Abu Nawas segara menyebar secepat bau semerbak bunga yang menyerbu hidung. Kabar kepulangan Abu Nawas juga sampai ke telinga Baginda Harun Al Rasyid. Baginda juga merasa gembi mendengar berita itu tetapi dengan alasan yang sama sekali berbeda. Rakyat gembira melihat Abu Nawas pulang kembali, karena mereka mencintainya. Sedangkan Baginda Raja gembira mendengar Abu Nawas pulang kembali karena beliau merasa yakin kali ini pasti Abu Nawas tidak akan bisa mengelak dari hukuman. Namun Baginda amat kecewa dan merasa terpukul melihat cara Abu Nawas pulang ke negerinya. Baginda sama sekali tidak pemah membayangkan kalau Abu Nawas temyata bergelayut di bawah perut keledai. Sehingga Abu Nawas terlepas dari sangsi hukuman yang akan dijatuhkan karena memang tidak bisa dikatakan telah melanggar larangan Baginda Raja. Karena Abu Nawas tidak mengendarai keledai. 

Cerita Lucu - Baginda Minta Mahkota dari Sorga

Baginda Minta Mahkota dari Sorga - Tidak seperti biasa, hari itu Baginda tiba-tiba ingin menyamar menjadi rakyat biasa. Beliau ingin menyaksikan kehidupan di luar istana tanpa sepengetahuan siapa pun agar lebih leluasa bergerak. Baginda mulai keluar istana dengan pakaian yang amat sederhana layaknya seperti rakyat jelata. Di sebuah perkampungan beliau melihat beberapa orang berkumpul. Setelah Baginda mendekat, ternyata seorang ulama sedang menyampaikan kuliah tentang alam barzah.

Baginda Minta Mahkota dari Sorga


Tiba-tiba ada seorang yang datang dan bergabung di situ. Ia bertanya kepada ulama itu. "Kami menyaksikan orang kafir pada suatu waktu dan mengintip kuburnya, tetapi kami tiada mendengar mereka berteriak dan tidak pula melihat penyiksaan-penyiksaan yang katanya sedang dialaminya. Maka bagaimana cara membenarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan yang dilihat mata?"

Ulama itu berpikir sejenak kemudian Ia berkata, "Untuk mengetahui yang demikian itu harus dengan panca indra yang lain. Ingatkah kamu dengan orang yang sedang tidur? Dia kadangkala bermimpi dalam tidurnya digigit ular, diganggu dan sebagainya. Ia juga merasa sakit dan takut ketika itu bahkan memekik dan keringat bercucuran pada keningnya. Ia merasakan hal semacam itu seperti ketika tidak tidur. Sedangkan engkau yang duduk di dekatnya menyaksikan keadaannya seolah-olah tidak ada apa-apa. Padahal apa yang dilihat serta dialaminya adalah dikelilingi ular-ular. Maka jika masalah mimpi yang remeh saja sudah tidak mampu mata lahir melihatnya, mungkinkah engkau bisa melihat apa yang terjadi di alam barzah?"

Baginda Raja terkesan dengan penjelasan ulama itu. Baginda masih ikut mendengarkan kuliah itu. Kini ulama itu melanjutkan kuliahnya tentang alam akhirat. Dikatakan bahwa di surga tersedia hal-hal yang amat disukai nafsu, termasuk benda-benda. Salah satu benda-benda itu adalah mahkota yang amat luar biasa indahnya. Tak ada yang lebih indah dari barang-barang di surga karena barang-barang itu tercipta dari cahaya. Saking indahnya maka satu mahkota jauh lebih bagus dari dunia dan isinya.

Baginda makin terkesan. Beliau pulang kembali ke istana. Baginda sudah tidak sabar ingin menguji kemampuan Abu Nawas. Abu Nawas dipanggil: 

"Aku menginginkan engkau sekarang juga berangkat ke surga kemudian bawakan aku sebuah mahkota surga yang katanya tercipta dari cahaya itu. Apakah engkau sanggup Abu Nawas?"
"Sanggup Paduka yang mulia." kata Abu Nawas langsung menyanggupi tugas yang mustahil dilaksanakan itu.
"Tetapi Baginda harus menyanggupi pula satu sarat yang akan hamba ajukan."
"Sebutkan sarat itu." kata Baginda Raja.
"Hamba mohon Baginda menyediakan pintunya agar hamba bisa memasukinya."
"Pintu apa?" tanya Baginda belum mengerti. Pintu alam akhirat." jawab Abu Nawas.
"Apa itu?" tanya Baginda ingin tahu. "Kiamat, wahai Paduka yang mulia. Masing-masing alam mempunyai pintu. Pintu alam dunia adalah liang peranakan ibu. Pintu alam barzah adalah kematian. Dan pintu alam akhirat adalah kiamat.
 
Surga berada di alam akhirat. Bila Baginda masih tetap menghendaki hamba mengambilkan sebuah mahkota di surga, maka dunia harus kiamat terlebih dahulu." Mendengar penjelasan Abu Nawas Baginda Raja terdiam. Di sela-sela kebingungan Baginda Raja Harun Al Rasyid, Abu Nawas bertanya lagi,
 
"Masihkah Baginda menginginkan mahkota dari surga?" Baginda Raja tidak menjawab. Beliau diam seribu bahasa, Sejenak kemudian Abu Nawas mohon diri karena Abu Nawas sudah tahu jawabnya. 

Cerita Lucu - Terjun Make Payung

Terjun Make Payung - Kacaritakeun Solihin budak anu butut boga babaturan ngarana Ii nu kasep jeung Ginda nu super cool. Di hiji waktu barudak nu tilu eta ulin ka tempat latihan TNI angkatan udara terjun payung.

Terjun Make Payung


Ii : "heh ihin, abi rek nanya ka maneh. Majar maneh teh pinter lin?"
 
Solihin : "rek nanya naon maneh? Naon wae pertanyaannana pasti ku kuring mah ka jawab." ( sabari masang wajah anu balaga. Padahal mani geuleuh gaya na teh)
 
Ginda : "bener hin maenya the master teu bisa ngajawab" (bari semu ngaledek)
 
Solihin : "heueuh bener"
 
Ii : "kieu hin, urang rek nanya. Mana nu bener ? "terjun payung teh terjun make payung" atawa "terjun payung teh terjun make pa" "sok jawab mana nu bener. Kapanan maneh teh pinter"
 
Ginda : "sok hin jawab. Ulah lobah mikir"
 
Solihin : "gampang atuh eta mah. Nya nu bener mah atuh terjun payung teh terjun make payung. Kumah benerteu?”
 
Ii + ginda: "wah ihin, maneh bener pisan. Bener bener bener goblok gebloh teu katulungan matak ge sakola meh rada ngarti seutikmah"(sabari seuri cacarawakan)
 
Solihin : "naha uing salah kitu"(sabari mikir)
 
Ginda : "geus ayeuanamah, supaya maneh yakin mana jawaban nu bener. Ayeuna urang terjun payung. Maneh terjunna make payung. Urang jeung si ii make parasut"
 
Solihin : "hayu. Ke keheula lamun urang terjun tina kapal atuh meureun koid”"
Ii + ginda: "pikiran we olangan. Da moal nyaho ari can di ajaran mah"
 
Solihin : "?@#??!%%!#~`"

Cerita Lucu - Mimpi Malam Jum'at

Mimpi Malam Jum'at - Orang Jawa dengan menggunakan bahasa sunda tetapi logatnya memakai bahasa Jawa bercerita kepada Orang Sunda tentang mimpinya di malam Jum'at.

Mimpi Malam Jum'at


Orang Jawa : "Mas abdi wengi ngimpen

Orang Sunda : "ngimpen naon mas?"

Orang Jawa : "Ngimpen bobo jeung nu geulis."
 
Orang Sunda : "Kumaha dina jero impenannana?"
 
Orang Jawa : "Pokona endah pisan ngan pas abdi gugah nu geulis teh hento aya, pan abdi teh kesel ah abdi teh bobo deui we."
 
Orang Jawa : "Eh ngimpen deui."
 
Orang Sunda : "Bari kerung, ngimpen naon deui mas?"
 
Orang Jawa : "Ngimpen gaduh acis seueur pisan. Pas abdi gugah dicabakan dina pesak calana, acisna hento aya ah abdi teh kesel bobo deui we."
 
Orang Jawa : "Eh abdi ngimpen deui"
 
Orang Sunda : "Ngimpen naon deui mas?"
 
Orang Jawa : "Ngimpen ee"
 
Orang Sunda : "Kumaha tah?"
 
Orang Jawa : "Pas abdi gugah, dicabak teh aya ee teh. Hahahahahahaha...."

Cerita Lucu - Jelema Pang Bodona Sadunya

Jelema Pang Bodona Sadunya


Deden jeung Dadan tatarucingan.
Deden: "Dan! Ari jelema pang bodona di dunya ieu jelema naon?"

Dadan: "Anu gelo!"
 
Deden: "Lain!"
 
Dadan: "Diajak ulin, diajak dahar!, dibere duit, diajak ngew... teu daek!"
 
Deden: "Lain!"
 
Dadan: "Naon atuh! taluk aing mah!"
 
Deden: "Jelema nu pang bodona di dunya ieu aya tilu: anu kahijina tukang delman, anu kadua tukang ngangon munding, anu katiluna anu ngapdreuk pas photo."
 
Dadan: "Naha kumaha kitu?"
 
Deden: "Pek tempo ku maneh eta tukang delman, ari awewe geulis jeung sarareungit di tukangan!, ari bool kuda sakitu sareukseuk jeung bau teh disanghareupan, lamun tukang ngangon munding, ari dahar jeung lauk asin, ari daging anu sakitu gedena ditumpakan bae, lamun anu ngapdreuk pas photo, pek bandungan ku maneh: 'Mang! bade ngapdreuk pas photo! (ceuk anu ngapdreuk), sabaraha? (Ceuk tukang pas photo), 6 x 4 lima! (Ceuk anu ngapdreuk), mangga antosan (Ceuk tukang pas photo)', pan kitu pokna teh!, sakanyaho aing mah 6 x 4 teh pan 24!"
 
Dadan: "Sugan aing mah anu paling bodona sadunya teh anu diomongkeun ku maneh wungkul, gening maneh oge sarua bodona, maksudna pas photo 6 x 4 lima teh hartina lima lambar. Bisa bae ka batur ngomong bodo!, ari sorangan leuwih oon, oneng , jeung tolol."
 
Dadan: "Giliran aing lah mere tarucing ka maneh! Den! Cik ari pang panasna di dunya ieu naon?"
 
Deden: "Panon poe!"
 
Dadan: "Terus!"
 
Deden: "Nya enggeus!"
 
Dadan: "Salah!"
 
Deden: "Terus naon?"
 
Dadan: "Pang panasna di dunya ieu nyaeta: 'Moe maneh diluhur seng tengah poe ereng-erengan bari ngadurukan jeung nginum kopi panas. terus kabogoh direbut batur'"
 
Deden: "Sakalian siana diduruk ku aing!"
 
Dadan: "!!!????????"

Kumpulan Gambar Animasi Bergerak Lucu Terbaru

Gambar Animasi Bergerak - Untuk melengkapi hiburan anda saat berselancar di dunia maya, berikut ini adalah kompilasi gambar animasi lucu bergerak yang dihimpun dari berbagai sumber yang tersebar di dunia maya yang bisa kamu simak, dan tentunya akan menimbulkan tawa yang akan membuat pikiran stress menjadi santai.. hehehe..

Sekedar info saja, kumpulan animasi dibawah ini diambil dari berbagai forum online seperti kaskus yang merupakan hasil kreasi para anggota yang mengkompilasikan berbagai gambar dan foto menjadi satu dalam format gambar gif.. OK langsung saja,. silahkan disimak..

Gambar Animasi Bergerak







Bagaimana pendapat Anda tentang gambar animasi lucu, semoga gambar animasi ini berguna untuk Anda. Jangan lupa share artikel ini ke teman Anda yang lain sekalian juga ke twitter dan facebook.